Beberapa tahun
lalu pengusaha lokal (bidang farmasi) digadang-gadang bisa bermitra dengan
perusahaan asing sekaligus mempelajari alih teknologi dengan porsi 75 persen
asing, sisanya lokal. Dari temuan pemerintah, tak ada yang berminat jadi mitra
asing. Soalnya tidak ada pengusaha bersedia memiliki saham lebih kecil dan tak
banyak berwenang mengelola perusahaan. Alhasil, kendali rata-rata farmasi asing
beroperasi di indonesia tetap dikuasai sepenuhnya pemodal utama luar negri. Bahkan
keleluasaan asing selama beberapa tahun terakhir turut mengerek kiuantitas
impor bahan baku obat. (www.merdeka.com)
Dari masalah
diatas kita harus mampu dan benar-benar mempersiapkan diri, salah satu langkah
dengan mempersiapkan SDM yang benar-benar berkompeten dan berpengalaman,
dimulai dari peran mahasiswa yang benar harus pintar dalam mencari peluang
apalagi para mahasiswa farmasi dituntut mampu bersaing dengan para pendatang. Dalam
perbandingan mahasiswa farmasi lokal dan mahasiswa farmasi internasional, pada
dasarnya, mahasiswa farmasi yang diluar negri dengan mahasiswa farmasi indonesia
mempelajari hal yang sama, Cuma kekurangan ataupun kelemahan mahasiswa farmasi di
indonesia terletak pada kemampuan IT dan kemampuan berbahasa asing terutama
bahasa internasional yakni bahasa inggris, serta fasilitas ataupun sarana yang
bisa dibilang jauh tertinggal dari mahasiswa luar negri. (www.kompasiana.com)
Selain masalah
diatas, ada masalah yang kedua tentang perspektif “citra seorang farmasis di
mata masyarakat indonesia”. Pandangan orang bahwa profesi apoteker di indonesia
kurang di kenal oleh masyarakat. Masyarakat hanya mengetahui bahwa apoteker itu
ialah yang bertugas di apotek tanpa tahu apa tugas mereka sebenarnya. Apoteker selalu
identik dengan apotek, bahkan masyarakat awam tidak mengetahui bahwa prospek kerja
apoteker atau farmasi itu sangatlah luas. Padahal segala produk sehari-hari
yang mereka pakai itu merupakan produk farmasis. Dalam pemikiran mereka bila
mereka pergi berobat maka yang menjadi pemeran utama hanyalah dokter, padahal
seharusnya farmasis dan dokterlah yang menjadi pemeran utama. Kekeliruan yang
juga sering terjadi bila dokter pula yang memberikan obat sendiri kepada pasien
tanpa konsultan kepada apoteker sehingga terkesan tenaga kefarmasian dipandang
sebelah mata baik oleh dokter maupun masyarakat itu sendiri.
Berbeda dengan
diluar negeri, terutama di negara-negara maju, apoteker sebagai salah satu
profesi kesehatan telah memiliki citra yang sangat tinggi dimata masyarakatnya.
Apoteker memiliki andil yang sangat besar dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Apoteker bersama dengan dokter, perawat dan tenaga kesehatan
lainnya merupakan mitra sejajar yang saling bekerja sama dalam meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, karena diluar negeri telah tertanam
kuat dengan aturan “No Pharmacist No Service” sehingga citra farmasis diluar negeri terkesan lebih tinggi dimata
masyarakat karena keprofesionalan mereka dalam melayani masyarakat dari hulu
sampai kehilir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar